Dailykepri.com | Bukittingi – Sejalan dengan kunjungan ke Taman Panorama, Tim Dailykepri tidak mau melewatkan kesempatan memasuki Lobang Jepang yang penuh histori, dan salah satu pintu masuknya berada dalam Taman Panorama.
Lobang Jepang baru ditemukan pada awal tahun 1950. Saat ditemukan, pintu terowongan ini hanya 20 centimeter, dan kedalaman 64 meter. Lubang perlindungan jepang itu bukan merupakan benteng pertahanan militer tapi hanyalah tempat untuk melindungi diri, dari bahaya serangan udara.
Menurut data yang bersumber dari situs Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Bukittinggi Lobang Jepang dibangun oleh Hirotada Honjyo bedasarkan instruksi Letjen Moritake Tanabe Panglima Divisi ke-25 AD Bala Tentara Jepang, untuk membuat “Lubang Perlindungan” terletak di Ngarai Bukittinggi.
Instruksi yang diterima Hirotada dari panglima devisi ke25 pada saat itu adalah :
- Membuat sebuah lubang perlindungan yang bisa menahan getaran letusan bom sekuat 500 kg
- Membuat lubang perlindungan yang dilengkapi dengan ruangan untuk keperluan markas besar.
- Konstruksi lubang perlindungan tidak rahasia dan tidak perlu dijaga
Konstruksi Lobang Jepang dibuat bulan Maret 1944 dan selesai awal bulan Juni 1944, memakan waktu selama kurang lebih 3 bulan.
Lobang ini dikerjakan oleh 50 orang sampai 100 orang pekerja setiap harinya. Pekerja ini didatangkan dan disediakan Kantor Kotapraja Bukittinggi. Hirotada tidak menggunakan kekuasan tentara dan fasilitas lainya. Hirotada di bantu oleh seorang sersan dari markas besar panglima dan beberapa lori untuk keperluan angkutan kerja.
Untuk bisa menahan getaran letusan bom di atas 500 kg, lobang tersebut digali sedalam 40 m lebih dari permukaan bumi atau 20 m dari yang penggalian jurang tebing ngarai, pada saat penggalian lumpur hasil galian dibuang melalui jurang tebing ngarai.
Untuk membuat dinding lobang kokoh, maka dibuat bentuk “tori-gumi” yang menyerupai pintu depan lobang agama shinto, yaitu bagian bawah lebih besar dari pada bagian atas.
Lobang Jepang terbagi atas 2 blok, 1 blok yang diperuntukan khusus untuk kantor atau mabes devisi ke 25 AD dan satu blok lagi dirancang sebagai tempat perlindungan yang dapat menampung serdadu jepang dari serangan udara.
Pada keadaan darurat kedua blok tersebut dapat menampung kapasitas 1000 orang. Saat ini semua berkas-berkas, rencana gambar, spesifikasi, dan anggarannya sudah tidak ada lagi, telah habis dibakar saat Jepang kalah tanggal 15 Agustus 1945.
Ada dua misteri yang belum terpecahkan, yang pertama ke mana Jepang membuang bekas galian tanah dan berapa jumlah romusha yang mati di sini
Baca Juga :
Para pekerjanya didatangkan dari tiga daerah, yakni dari Pulau Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Alasannya karena mereka tidak tahu Bukittinggi, tidak bisa komunikasi juga karena masih pakai bahasa daerah masing-masing,
Fakta menarik lainnya, Lubang Jepang ini juga terhubung ke beberapa titik strategis di Bukittinggi. Sebut saja Jam Gadang Bukittinggi dan Istana Bung Hatta.
Pada akhirnya, Lubang Jepang menjadi saksi sejarah akan pendudukan Jepang di Bukittinggi. Walau penuh dengan kisah kelam, Lubang Jepang tetap jadi objek wisata edukasi yang perlu diketahui. (afr)
Komentar