Dailykepri.com | Pasaman – Indonesia merupakan negara pengekspor gambir terbesar di dunia. Secara umum negara tujuan ekspor gambir Indonesia didominasi oleh India, diikuti dengan negara tujuan lain seperti Jepang, India, Pakistan, Philipina, Bangladesh, Malaysia dan beberapa negara di Eropa.
Berdasarkan data yang diolah oleh Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, 80 % produksi dan pasar ekspor gambir dunia berasal dari Indonesia. Bahkan volume dan nilai ekspor gambir Indonesia dari tahun ke tahun senantiasa mengalami peningkatan.
Dewasa ini Produksi gambir di Provinsi Sumatera Barat sangat menggembirakan sepanjang 2021 dan 2022 bila dibandingkan dengan tahun 2017-2020.
Dilansir Bisnis, Plt. Kepala Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar Ferdinal Asmin menyatakan bahwav komoditas gambir di Sumbar mulai bangkit dan produktivitas juga membaik. Buktinya luas lahan dan produksi meningkat pada dua tahun terakhir ini.
“Tahun 2021 produksi 13.970 ton dengan luas lahan 28.487 hektare. Lalu di tahun 2022 produksi meningkat menjadi 13.983 ton dengan luas lahan 28.497 hektare. Jadi kenaikan sedikit bilang dilihat dua tahun itu,” kata Ferdinal.
Dia menyebutkan meningkatnya produktivitas gambir itu karena seiring telah mulai membaiknya harga di pasaran. Dari biasanya di bawah Rp20.000 per kilogram, kini sudah bisa dinikmati Rp35.000 per kilogram. Hal ini membuat petani terpacu untuk memproduksi gambir.
Lebih dari 94% gambir Indonesia diekspor ke India yang digunakan untuk Industri farmasi, astringent lotion dan zat penyamakan kulit.
“Ekspor ini salah satu komoditas unggulan Sumbar. Karena di Indonesia ini yang terbesar produksi gambir datang dari Sumbar, sekitar 85 persen ekspor gambir di Indonesia itu dari Sumbar sisanya dari Sumatra Utara,” ujarnya.
Dikatakannya Pemprov Sumbar terus mendorong produktivitas gambir itu, karena cukup banyak petani yang menggantungkan ekonomi dari gambir. Seperti diketahui ada tiga daerah Sumayera Barat yakni Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Pasaman yang merupakan daerah penghasil gambir terbesar di Sumbar.
Hanya saja, Ferdinal mengaku ada oknum petani yang sengaja merusakan mutu dan kualitas gambir seperti dicampur tanah dan pupuk sehingga membuat gambir di Sumbar ini mutunya jadi kurang bagus.
“Kita sudah sosialisasikan hal ini agar jangan dicampur. Tapi nyatanya masih saja terjadi. Bahkan ada yang jual daun gambir saja ke pabrik, hal itu sebenarnya jika tidak bagus. Jadi kondisi saat ini komoditas gambir ini butuh penanganan lebih serius agar mutu pun membaik,” jelas dia.
Baca Juga:
Bersama Masyarakat Bukittinggi, Anies Rasyid Baswedan Doakan Rakyat Palestina
Menurutnya penyebab anjloknya harga gambir di Sumbar yang pernah dirasakan oleh petani bahkan di bawah Rp20.000 per kilogram salah satunya itu disebabkan oleh mutu yang rendah.
Padahal jika petani bisa memproduksi secara baik dan sesuai standar pasar ekspor petani akan menikmati hasil panen yang lebih baik. Karena di Indonesia inin ekspor gambir terbesar datang dari Sumbar.
Untuk menangani masalah ini agar mutu dan kualitas produk bisa tetap terjaga maka perlu langkah kongkrit pemerintah atau lembaga ekonomi masyarakat yang dapat berhubungan langsung dengan petani dalam memantau semua kegiatan produksi. (Red)
Komentar