Kota Bandung ditunjuk menjadi salah satu wilayah penyebaran nyamuk Wolbachia karena dalam tiga tahun berturut menempati peringkat pertama pada kasus demam berdarah.
“Jadi kalau kita lihat data kasus yang demam berdarah yang ada di Kemenkes, itu memang dari tahun 2021, 2022, 2023, Kota Bandung emang menempati urutan pertama kasus DBD yang paling banyak tiga tahun berturut-turut,” ungkapnya.
Ira menjelaskan diperlukan waktu 1-2 tahun untuk berdampak penghambat kasus DBD sejak dilepasliarkan.
“Ini baru berdampak setahun atau dua tahun, setelah pertama kali dilepasliarkan. Karena kita tuh kalau berdasar teorinya akan melepaskan ember berisi telur nyamuk Wolbachia, selama enam bulan. Setiap bulannya diharapkan sudah menetas, terus di ganti telur yang baru. Kalau sudah enam bulan pelepasliarkan diharapkan proporsi nyamuk Aedes Aegypti Wolbachia yang ada di Kota Bandung bisa mencapai 60 persen, di alam, di lingkungan. Sisanya akan dijalani secara alamiah dengan perkawinan antar nyamuk di alam gitu. Dan itu baru berdampak setahun atau dua tahun setelah pertama kali nyamuk dilepasliarkan,” kata dia.
Komentar