Dailykepri.com | Sawahlunto – Komunitas Peternak Madu Galo-Galo Cupiang, Sawahlunto kembali memulai aktivitas beternak setelah beberapa waktu vakum. Dipimpin oleh Hery Setiawan selaku pembina, komunitas ini melakukan panen madu kedua di lokasi kelompok mandiri anak-anak disabilitas, sebuah langkah yang tidak hanya produktif secara ekonomi, tetapi juga sarat nilai sosial dan pemberdayaan.
“Start kembali beraktivitas sebagai peternak lebah, kami melakukan panen di lokasi kelompok mandiri anak-anak disabilitas,” ujar Hery Setiawan kepada media pada Minggu (30/6/2025).
Panen ini merupakan kali kedua dari koloni lebah yang sebelumnya diberikan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Bukit Asam (PTBA). Menurut Hery, keberhasilan panen ini menunjukkan bahwa inisiatif pemberdayaan berbasis ternak lebah madu mulai membuahkan hasil.
“Kami memulai dengan beberapa koloni bantuan CSR PTBA. Hari ini kami panen yang kedua, dan masih ada empat koloni lagi yang menunggu giliran panen dalam waktu dekat,” jelasnya.
Hery juga menegaskan bahwa lokasi panen yang dipilih di lingkungan kelompok mandiri anak-anak disabilitas bukanlah kebetulan. Ini adalah bagian dari strategi pemberdayaan yang inklusif, di mana kelompok difabel diberikan akses untuk ikut berdaya melalui kegiatan yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi.
“Ini bukan sekadar panen madu, tapi juga panen semangat. Kami ingin menunjukkan bahwa anak-anak disabilitas juga bisa menjadi bagian dari kegiatan produktif dan mandiri,” tambahnya.
Program peternakan madu galo-galo yang dikembangkan komunitas ini memang mengedepankan pendekatan sosial dan keberlanjutan. Selain memanfaatkan lahan yang minim, budidaya lebah tanpa sengat ini juga sangat aman bagi siapa saja, termasuk anak-anak dan difabel.
Dukungan dari PTBA melalui program CSR mereka juga mendapat apresiasi. Dengan adanya kolaborasi antara dunia usaha dan komunitas lokal, diharapkan semakin banyak inisiatif serupa yang muncul di wilayah lain.
“Kami sangat bersyukur dengan adanya dukungan PTBA. Ini menjadi contoh nyata bagaimana CSR dapat mendorong inisiatif sosial-ekonomi di tingkat masyarakat,” ujar Hery.
Ke depan, Komunitas Peternak Madu Galo-Galo berencana memperluas jangkauan kegiatan budidaya lebah, termasuk membuka pelatihan bagi masyarakat umum dan memperkenalkan produk madu lokal Sawahlunto ke pasar yang lebih luas.
Panen madu kali ini diharapkan menjadi titik balik semangat kolektif peternak lebah lokal, sekaligus menjadi inspirasi bahwa pemberdayaan bisa dimulai dari mana saja, bahkan dari tempat yang sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat luas. (Ris1)
Komentar