Dukungan untuk Disabilitas, Kemenag Sawahlunto Serahkan Bantuan Tunai ke Aktivis PERSAH-TR

Headline, Sumbar2906 Dilihat

Dailykepri.com | Sawahlunto – Semangat inklusi dan kepedulian sosial kembali ditegaskan oleh Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Sawahlunto. Dalam sebuah momen silaturahmi yang berlangsung hangat pada Selasa (8/7/2025), Kepala Kemenag, Dr. H. Dedi Wandra, M.A., menyerahkan bantuan tunai kepada Resi Muin dan kawan-kawan dari Persatuan Sahabat Tuna Rungu (PERSAH-TR), sebuah komunitas disabilitas yang berasal dari Sulawesi Selatan.

Resi Muin, sosok yang dikenal sebagai aktivis disabilitas dan tengah dalam program keliling Indonesia untuk menyuarakan inklusi serta persatuan lintas daerah, mengaku tersentuh atas perhatian yang diberikan.

“Bantuan ini bukan sekadar uang, tapi bukti bahwa negara hadir dan peduli. Kami merasa diakui sebagai bagian utuh dari bangsa ini,” ujar Muin dengan penuh haru melalui bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh rekannya.

Silaturahmi yang digelar secara sederhana di Kantor Kemenag Sawahlunto itu berlangsung penuh makna. Suasana khidmat menyelimuti pertemuan, di mana penghargaan terhadap perjuangan komunitas disabilitas terasa begitu kuat.

Kepala Kemenag, Dr. Dedi Wandra, dalam pernyataannya menegaskan bahwa dukungan kepada penyandang disabilitas adalah bagian dari komitmen moral dan spiritual lembaganya.

“Islam mengajarkan kita untuk memuliakan sesama, terutama mereka yang membutuhkan perhatian lebih. Kehadiran Resi Muin dan kawan-kawan mengingatkan kita bahwa perjuangan untuk kesetaraan harus terus diperkuat,” ujarnya.

Program kunjungan keliling Indonesia yang digagas PERSAH-TR tidak sekadar menjalin tali persaudaraan antar wilayah, tapi juga mengangkat pentingnya kesadaran publik terhadap aksesibilitas, hak, dan potensi luar biasa para penyandang disabilitas.

Langkah nyata dari Kemenag Sawahlunto ini menjadi contoh bahwa dukungan terhadap kelompok rentan bisa dilakukan dengan cara sederhana, namun memberi dampak yang mendalam.

Dalam perjalanan menuju Indonesia yang ramah disabilitas, kolaborasi seperti ini menjadi jembatan penting. Tidak hanya soal bantuan materi, tapi juga penguatan makna kehadiran, empati, dan pengakuan atas keberagaman kemampuan sebagai kekuatan bangsa. (Ris1)

Komentar