Sumatera Barat Jadi Tuan Rumah ASEAN Homestay Forum 2025, Momentum Strategis Pariwisata Komunitas Asia Tenggara

Bukittinggi, Headline4656 Dilihat

Dailykepri.com | Bukittinggi – Provinsi Sumatera Barat akan menjadi sorotan utama kawasan Asia Tenggara pada 7 hingga 11 Oktober 2025, menyusul kepercayaan yang diberikan kepada daerah ini sebagai tuan rumah penyelenggaraan ASEAN Homestay Forum (AHF) 2025. Forum internasional yang digelar oleh Dewan Pengurus Pusat Indonesia Homestay Association (DPP IHSA) ini akan mempertemukan para pelaku, pengelola, dan pegiat usaha homestay dari seluruh Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN.

Mengusung tema “Unity In Motion Toward ASEAN Homestay Sustainability” atau “Persatuan dalam Gerakan Menuju Keberlanjutan Homestay ASEAN”, AHF 2025 menjadi bagian dari semangat Hari ASEAN 2025 yang bertajuk “Towards Inclusive and Sustainable ASEAN Future”. Tema ini mencerminkan komitmen bersama untuk membangun pariwisata berbasis komunitas yang inklusif dan berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.

Ketua Umum DPP IHSA, H. Hentje Alvy Pongoh, S.E., M.M., menyampaikan bahwa forum ini bertujuan memperkuat kolaborasi antarpelaku homestay di ASEAN, sekaligus mempromosikan Sumatera Barat sebagai destinasi pariwisata berbasis budaya dan masyarakat. “IHSA sangat mendukung percepatan pembangunan dan promosi destinasi pariwisata di Ranah Minang yang merupakan paket lengkap pariwisata. Semua daya tarik wisata ada di Sumbar, keindahan alam, keunikan budaya, sejarah, serta kuliner yang tiada duanya,” ujar Alvy Pongoh.

Penyelenggaraan AHF 2025 mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang dipimpin oleh Gubernur Mahyeldi Ansharullah, serta dari tiga daerah utama penyelenggara yakni Kota Bukittinggi, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Solok. Forum ini juga bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Provinsi Sumatera Barat, menjadikannya momen yang sangat istimewa bagi masyarakat setempat.

 

Ketua Panitia Pengarah, M. Subari, menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan AHF 2025 akan berlangsung di empat lokasi utama. Dimulai dengan Welcoming Dinner di Rumah Dinas Wali Kota Bukittinggi pada 7 Oktober, kemudian dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD) tentang Ekonomi Kreatif dan Pariwisata serta Workshop Kewirausahaan di Istana Bung Hatta pada 8 Oktober.

Pada 9 Oktober, kegiatan berlanjut dengan Seminar Nasional Kebudayaan dan Pariwisata di Gedung Nasional Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar. Puncak acara, yakni ASEAN Homestay Forum Conference, akan digelar di Kantor Bupati Solok pada 10 Oktober, dan ditutup dengan Closing Ceremony serta Gala Dinner di Istana Gubernur Sumatera Barat, Padang.

Ketua Panitia Pelaksana, Rukmawati, yang juga menjabat sebagai Ketua DPD IHSA Sumbar, menyampaikan bahwa kegiatan ini akan dihadiri oleh sekitar 200 peserta. Dari jumlah tersebut, 50 orang berasal dari luar negeri, 50 peserta dari luar Pulau Sumatera, dan 100 peserta dari berbagai daerah di Sumatera Barat. Selain itu, sekitar 150 tamu undangan dari kalangan pemerintah, akademisi, dan pelaku industri pariwisata juga dijadwalkan hadir.

Forum ini turut menghadirkan President Malaysia Homestay Association (MHA), Dato Sahariman, beserta jajaran pengurus dari beberapa negara bagian di Malaysia. Kehadiran mereka diharapkan dapat memperkuat kerja sama antara Indonesia dan Malaysia dalam pengembangan standar homestay berkelas ASEAN.

 

Melalui penyelenggaraan AHF 2025, IHSA menegaskan komitmennya untuk memperkuat jejaring pariwisata berbasis komunitas dan keberlanjutan di Asia Tenggara. “Selain memperluas jejaring bisnis, kegiatan ini juga akan menjadi ruang belajar antar lintas budaya bagi semua pengelola homestay dan pelaku ekonomi kreatif di Indonesia,” tambah Alvy Pongoh.

Dengan perpaduan kekayaan alam, keramahan masyarakat, serta semangat kolaborasi ASEAN, Sumatera Barat siap menyambut dunia dalam semangat “Persatuan dalam Gerakan Menuju Keberlanjutan Homestay ASEAN”. Forum ini bukan hanya menjadi ajang promosi pariwisata, tetapi juga menjadi simbol komitmen regional dalam membangun masa depan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan.

Komentar