Wali Kota Sawahlunto Dukung Dokumentasi Internasional Teknologi Tradisional “Kincia Lasuang”

Headline, Sumbar2953 Dilihat

Dailykepri.com | Sawahlunto – Pemerintah Kota Sawahlunto menyambut positif dan memberikan dukungan penuh terhadap upaya pelestarian warisan budaya teknologi lokal melalui kegiatan International Documentation Camp of Vernacular Architecture (Indonesia Vernadoc) 2025. Kegiatan ini berlangsung di Desa Silungkang Duo, Kecamatan Silungkang, dengan fokus dokumentasi pada kincir air tradisional atau kincia lasuang, alat penumbuk kopi yang digerakkan oleh aliran air.

Wali Kota Sawahlunto, Riyanda Putra, pada Kamis (17/7/2025), meninjau langsung lokasi kegiatan sekaligus berdialog dengan para peserta dan dosen pembimbing sebanyak 27 orang dari lima negara peserta yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Austria, dan Swedia.

Dalam sambutannya, Wali Kota Riyanda menyampaikan apresiasi yang tinggi atas dedikasi peserta serta penyelenggara kegiatan yang telah berkontribusi dalam pelestarian warisan budaya dan teknologi tradisional masyarakat.

“Program ini bukan sekadar kegiatan penelitian, tetapi juga bentuk nyata pelestarian budaya dan teknologi lokal. Dokumentasi yang dilakukan secara ilmiah ini akan menjadi referensi penting bagi generasi mendatang,” ujar Riyanda.

Kegiatan yang berlangsung selama dua pekan, dari 14 hingga 28 Juli 2025 ini, mengusung tema “Kincir Air” dan menyoroti peran kincia lasuang sebagai warisan teknologi ramah lingkungan yang telah digunakan masyarakat Silungkang selama puluhan tahun untuk menumbuk biji kopi.

Metode yang digunakan dalam program ini adalah Vernadoc (Vernacular Documentation), yaitu pendekatan dokumentasi arsitektur tradisional dengan metode gambar manual secara terukur. Seluruh proses dilakukan di lapangan (on site), dengan media pensil, pena, dan tinta—menghasilkan gambar teknis arsitektural yang otentik dan rinci berdasarkan observasi langsung.

Para peserta, yang terdiri dari mahasiswa dan akademisi arsitektur, melakukan pengukuran dan pendokumentasian langsung terhadap struktur dan mekanisme kincia lasuang, sekaligus menggali narasi sejarah dan sosial di balik keberadaan alat tersebut dalam kehidupan masyarakat setempat.

Wali Kota Riyanda menegaskan bahwa Pemkot Sawahlunto siap menjalin kolaborasi lanjutan dengan para peserta maupun institusi asal mereka. Hasil dokumentasi dari kegiatan ini, menurutnya, dapat diintegrasikan dalam upaya pelestarian teknologi tradisional serta pengembangan destinasi wisata berbasis warisan budaya.

“Kami sangat terbuka untuk kerja sama lanjutan, baik dalam konteks pelestarian budaya, pendidikan, maupun promosi pariwisata. Kegiatan seperti ini membangun kesadaran akan nilai teknologi lokal yang selama ini luput dari perhatian,” kata Riyanda.

Kehadiran peserta dari luar negeri juga dinilai sebagai momentum strategis untuk memperluas jejaring internasional dan memperkenalkan kekayaan budaya Sawahlunto ke dunia global.

Indonesia Vernadoc sendiri merupakan bagian dari jaringan global Vernadoc International Network, yang aktif mendorong dokumentasi arsitektur vernakular di berbagai negara sebagai upaya pelestarian budaya berbasis partisipasi komunitas dan pendekatan ilmiah.

Kincia lasuang adalah salah satu contoh nyata teknologi lokal yang mengusung prinsip keberlanjutan. Tanpa listrik, tanpa emisi, dan berbasis energi air, alat ini menjadi simbol kecerdasan ekologis masyarakat tradisional Silungkang.

Dengan didokumentasikan secara ilmiah dan profesional, teknologi ini diharapkan tidak hanya dikenal sebagai peninggalan masa lalu, tetapi juga sebagai inspirasi masa depan dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan dan berkelanjutan. (Ris1)

Komentar