Dailykepri.com | Tanah Datar — Di bawah langit cerah yang menaungi Istano Basa Pagaruyung, Minggu pagi (10/10/2025) menjadi saksi bisu sebuah peristiwa penuh haru dan kebanggaan. Ratusan anak berpakaian serba putih, mengenakan kopiah dan membawa mushaf kecil di tangan, berkumpul dalam sebuah seremoni yang bukan sekadar perayaan, melainkan penegasan arah pembangunan spiritual Kabupaten Tanah Datar.
Anak-anak tersebut adalah generasi penerus yang telah menghafal ayat demi ayat Al-Qur’an, buah dari program unggulan “Satu Rumah Satu Hafizh” yang telah dijalankan sejak tahun 2016. Program ini, yang awalnya terdengar sederhana, kini menjelma menjadi gerakan sosial dan spiritual yang berdampak luas. Dalam sembilan tahun pelaksanaannya, lebih dari 20.000 anak penghafal Al-Qur’an telah lahir dari Tanah Datar.
Bupati Tanah Datar, Eka Putra, yang hadir dalam acara tersebut, tak mampu menyembunyikan rasa harunya. Dalam sambutannya, ia menyampaikan rasa syukur dan bangga atas kerja keras para guru, orang tua, dan anak-anak yang telah berjuang menghafal kitab suci.
“Setiap tahun kita melahirkan ribuan hafizh baru. Hari ini, kita sudah punya lebih dari 20 ribu anak penghafal Al-Qur’an. Ini bukan sekadar angka, tapi berkah besar bagi Luhak Nan Tuo,” ujarnya dengan suara bergetar.
Program “Satu Rumah Satu Hafizh” telah meresap ke dalam kehidupan masyarakat. Sebanyak 7.221 rumah di Tanah Datar kini telah ditempeli stiker bertuliskan “Satu Rumah Satu Hafizh”, sebuah penanda bahwa rumah tersebut dijaga dan dibimbing oleh cahaya Al-Qur’an. Selain itu, terdapat 328 rumah tahfizh yang aktif, dengan 179 di antaranya telah terakreditasi.
Bupati Eka Putra menegaskan bahwa Tanah Datar merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang menjalankan program tahfizh dengan skala dan konsistensi sebesar ini. Ia optimistis, jika program ini terus dirawat dan dikembangkan, maka pada tahun 2045, bertepatan dengan momentum Indonesia Emas, separuh warga Tanah Datar akan menjadi penghafal Al-Qur’an.
“InsyaAllah, setiap tahun lahir minimal seribu hafizh baru. Kalau ini terus kita rawat, maka pada 2045 nanti separuh warga Tanah Datar akan menjadi penghafal Al-Qur’an,” ucapnya penuh keyakinan.
Program ini tidak hanya menyentuh aspek keagamaan, tetapi juga menjadi bagian dari pembangunan karakter generasi muda. Di tengah tantangan digitalisasi dan budaya instan, anak-anak Tanah Datar membuktikan bahwa ketekunan dan niat tulus mampu menembus batas. Dari surau ke rumah tahfizh, dari subuh hingga malam, mereka terus belajar dan menghafal.
Ketua sementara DPRD Tanah Datar, Anton Yondra, turut memberikan apresiasi atas keberhasilan program ini. Ia menyatakan bahwa meskipun pemerintah daerah menghadapi keterbatasan anggaran, DPRD tetap mendukung penuh pelaksanaan program tahfizh.
“Kami sangat mengapresiasi kepemimpinan Eka–Fadly yang konsisten menjalankan program ini. Dengan semangat kebersamaan, tidak ada yang mustahil. Tanah Datar pantas disebut Kabupaten Tahfizh,” tegasnya.
Tahun ini, Pemerintah Kabupaten Tanah Datar melaksanakan Wakaf 1.000 Hafizh ke-10, menandai satu dekade perjalanan spiritual yang membanggakan. Kepala Dinas Sosial PPPA, Hendra Setiawan, yang juga bertindak sebagai ketua panitia, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekadar seremoni, melainkan upaya nyata untuk mendorong kecintaan anak-anak terhadap Al-Qur’an.
Dari 14 kecamatan yang ada, terpilih 28 peserta terbaik yang menerima piagam penghargaan, tropi, dan dana pembinaan dari Baznas. Selain itu, enam nagari dengan jumlah rumah hafizh terbanyak juga mendapatkan penghargaan berupa dana pembinaan, yaitu:
– Nagari Limo Kaum – Rp15 juta
– Pandai Sikek – Rp11 juta
– Lubuk Jantan – Rp8 juta
– Batipuah Baruah – Rp5 juta
– Tanjung Bonai – Rp4 juta
– Simawang – Rp3 juta
Di tengah dinamika politik dan ekonomi nasional, Tanah Datar menghadirkan wajah lain dari pembangunan: pembangunan jiwa. Ketika banyak daerah berlomba dalam industrialisasi, Tanah Datar memilih menanam cahaya di hati generasi mudanya.
Melalui program “Satu Rumah Satu Hafizh”, ribuan anak bukan hanya membaca ayat-ayat suci, tetapi juga menanamkan nilai-nilainya — kesabaran, disiplin, dan cinta ilmu. Sebuah investasi spiritual yang diyakini akan membentuk pemimpin masa depan yang berakhlak mulia.
Menutup sambutannya, Bupati Eka Putra menyampaikan harapan yang menjadi doa bersama seluruh warga Tanah Datar. “Semoga anak-anak hafizh ini kelak menjadi pemimpin yang berakhlak, membangun negeri dengan cahaya Al-Qur’an.”
Dari Pagaruyung, cahaya itu kini menyala, bukan hanya untuk Tanah Datar, tetapi juga untuk Indonesia. Sebuah langkah kecil yang membawa harapan besar bagi masa depan bangsa. (Ris1)
Komentar