Bukittinggi Serukan Semangat Kebangsaan: Ibnu Asis Dorong Kota Jadi Simbol Perjuangan

Bukittinggi, Headline3375 Dilihat

Dailykepri.com | Bukittinggi – Dalam rangka memperingati 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, sebuah dialog bertema perjuangan dan kebangsaan digelar di Museum Tridaya Eka Dharma, Bukittinggi, pada Sabtu, 9 Agustus 2025. Kegiatan yang diinisiasi oleh Flipper’s Organization ini menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan daerah, serta menjadi ruang refleksi atas nilai-nilai perjuangan yang relevan dengan tantangan kebangsaan masa kini.

Dialog tersebut dibuka oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, yang juga menjadi penggagas acara. Dalam sambutannya, Yuliot menekankan bahwa karakter masyarakat Minangkabau sebagai pejuang telah memberi kontribusi besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia menyebut bahwa semangat juang masyarakat Sumatra Barat tidak hanya tercermin dalam perjuangan fisik, tetapi juga dalam kontribusi pemikiran dan kepemimpinan.

“Karakter masyarakat Sumatra Barat adalah pejuang, berjuang sesuai kemampuan dan kondisi wilayah masing-masing, serta berkontribusi dalam perjuangan bangsa,” ujar Yuliot Tanjung.

Dialog ini menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai latar belakang, di antaranya Komjen Pol (Purn) Boy Rafli Amar Dt. Bagindo Basa, Prof. Dr. Meutia Farida Hatta, Hasril Chaniago, Dt. Rangkayo Basa, dan Arief Malin Mudo. Masing-masing menyampaikan perspektif tentang makna kemerdekaan dan pentingnya menjaga semangat kebangsaan di tengah dinamika zaman.

Boy Rafli Amar, mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menegaskan bahwa kemerdekaan bukan sekadar bebas dari penjajahan, tetapi juga perjuangan melawan kebodohan dan kemiskinan. Ia menyebut kemerdekaan sebagai dua sisi mata uang: tujuan dan daya juang bangsa.

Sementara itu, Prof. Dr. Meutia Farida Hatta, putri sulung Proklamator Bung Hatta, mengajak generasi muda untuk menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air melalui pengenalan sejarah perjuangan. Menurutnya, pemahaman terhadap sejarah bukan hanya penting untuk mengenang masa lalu, tetapi juga sebagai fondasi membangun masa depan bangsa.

“Mari kita mengenalkan kembali perjuangan Indonesia agar cinta tanah air tumbuh,” ucap Meutia.

Wakil Wali Kota Bukittinggi, Ibnu Asis, turut hadir dan menyampaikan pandangannya mengenai peran strategis Bukittinggi dalam sejarah perjuangan bangsa. Ia mengingatkan bahwa Bukittinggi pernah menjadi pusat pemerintahan saat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) tahun 1948–1949, sebuah babak penting dalam mempertahankan eksistensi negara.

“Kami mendapatkan pesan yang sangat baik dari para narasumber bahwa, apapun alasannya, kita sebagai anak bangsa harus mempertahankan kemerdekaan. Kita juga mesti bersatu dan bersinergi agar pemerintahan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh rakyat Indonesia. Kami juga minta dukungannya agar keinginan pemerintah kota saat ini, untuk menjadikan Bukittinggi sebagai Kota Perjuangan, dapat terwujud,” ujar Ibnu Asis.

Ia juga menekankan pentingnya integritas dan keteladanan dalam kepemimpinan sebagai kunci kemajuan bangsa. Menurutnya, pemimpin yang mampu menjadi teladan akan melahirkan masyarakat yang kuat dan berdaya saing.

“Integritas dan keteladanan adalah kunci agar bangsa ini maju,” tegasnya.

Acara ini turut dihadiri oleh Wakil Bupati Tanah Datar, para Niniak Mamak Kota Bukittinggi, serta tokoh-tokoh daerah dan nasional. Kehadiran mereka menunjukkan dukungan terhadap upaya memperkuat semangat kebangsaan dan menanamkan nilai-nilai perjuangan kepada generasi muda.

Pemerintah Kota Bukittinggi berharap kegiatan serupa dapat terus digelar sebagai bagian dari upaya membangun kesadaran sejarah dan memperkuat identitas kebangsaan. Dalam konteks peringatan kemerdekaan, dialog ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan kembali makna perjuangan dan arah masa depan bangsa.

Komentar