Dailykepri.com | Bukittinggi — Peringatan 123 tahun kelahiran Proklamator Republik Indonesia, Mohammad Hatta, diwarnai dengan pagelaran Bukittinggi Orchestra yang berlangsung khidmat dan meriah di Balai Ruang Dinas Kota Bukittinggi, Selasa malam, 12 Agustus 2025. Acara ini menjadi puncak dari serangkaian kegiatan yang mengusung tema “Meneladani Integritas dan Kesederhanaan Pikiran Bung Hatta untuk Masa Depan Indonesia”.
Kegiatan tersebut tidak hanya menghadirkan pertunjukan musik orkestra, tetapi juga mencakup pelatihan kepemimpinan bagi siswa Indonesia serta pelatihan koperasi. Tujuannya jelas: menanamkan nilai-nilai kebangsaan, membentuk karakter generasi muda, dan memperkuat ekonomi kerakyatan yang menjadi warisan pemikiran Bung Hatta.
Wakil Wali Kota Bukittinggi, Ibnu Asis, yang hadir langsung dalam acara tersebut, menegaskan bahwa peringatan ini bukan sekadar seremoni tahunan. Menurutnya, Bukittinggi sebagai kota kelahiran Bung Hatta memiliki tanggung jawab moral dan historis untuk menjaga serta menghidupkan kembali nilai-nilai perjuangan yang telah ditanamkan oleh sang proklamator.
“Momentum ini harus dimaknai lebih dalam. Bukittinggi adalah kota sejarah, kota perjuangan. Kami berupaya agar nilai-nilai itu tidak hilang, bahkan kami mengusulkan agar Bukittinggi dapat ditetapkan sebagai Daerah Khusus yang mencerminkan semangat kebangsaan,” ujar Ibnu Asis.
Pagelaran Bukittinggi Orchestra sendiri merupakan hasil kolaborasi antara Dewan Pimpinan Cabang Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (DPC PAPPRI), Yayasan Proklamator Bung Hatta (YPBH), serta akademisi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang. Penampilan orkestra ini menghadirkan sejumlah musisi profesional dan penyanyi berprestasi asal Bukittinggi, termasuk music director Muhammad Dery, yang dinilai mampu menginspirasi generasi muda melalui pendekatan kreatif seperti musicpreneur.
Ketua Umum YPBH, Maizar Rahman, dalam sambutannya menyampaikan bahwa yayasan terus berkomitmen menggali dan melestarikan nilai-nilai kebangsaan yang diwariskan Bung Hatta. Ia juga mengapresiasi inisiatif membudayakan kembali lagu-lagu nasional dan mengusulkan pembangunan Gedung Kebudayaan Hatta sebagai pusat kegiatan budaya di Bukittinggi.
“Perayaan ini bukan sekadar hiburan, tetapi sarana untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan memperkuat identitas bangsa melalui musik dan pendidikan,” kata Maizar.
Dari pihak keluarga Bung Hatta, Meutia Hatta turut menyampaikan sambutan secara virtual. Ia mengungkapkan rasa terima kasih atas penyelenggaraan acara ini di kota kelahiran ayahnya. Meutia menekankan pentingnya meneruskan pemikiran Bung Hatta yang sejak muda telah berkontribusi dalam pembangunan pemerintahan, termasuk dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa dan perumusan dasar negara.
“Bung Hatta dihormati karena pemikirannya yang kaya untuk kemajuan koperasi dan kesejahteraan rakyat. Diharapkan lebih banyak pihak memahami dan menerapkannya demi persatuan dan kemajuan bangsa,” tuturnya.
Acara puncak ditandai dengan penampilan lagu-lagu nasional dan tematik, seperti “Nyiak Hatta” ciptaan Edi Elmitos, “Syukur”, “Bung Hatta”, dan “Rayuan Pulau Kelapa”. Lagu-lagu tersebut dibawakan dengan aransemen orkestra yang memukau, menggugah semangat kebangsaan dan menghidupkan kembali nilai-nilai perjuangan melalui seni musik.
Pagelaran ini menjadi simbol kolaborasi lintas sektor antara pemerintah daerah, lembaga kebudayaan, komunitas musik, dan akademisi. Harapannya, Bukittinggi tidak hanya dikenal sebagai kota sejarah, tetapi juga sebagai pusat budaya dan destinasi wisata yang mengedepankan kualitas serta nilai-nilai nasional.
Dengan semangat Bung Hatta yang terus dihidupkan melalui musik dan pendidikan, Bukittinggi Orchestra menjadi bukti bahwa warisan pemikiran dan perjuangan dapat terus relevan dan menginspirasi generasi masa kini.
Komentar