Dailykepri.com | Batam — Pemerintah Kota (Pemko) Batam terus mengintensifkan langkah pengendalian inflasi dengan menggelar operasi pasar dan pasar murah secara rutin di berbagai wilayah. Upaya ini menjadi strategi utama untuk menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok dan melindungi daya beli masyarakat, terutama menjelang akhir tahun.
Hal tersebut ditegaskan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Batam, Firmansyah, saat mewakili Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2025 yang digelar Kementerian Dalam Negeri secara virtual, Senin (24/11/2025). Rakor berlangsung di Ruang Rapat Sekda Lantai II Kantor Wali Kota Batam dan diikuti oleh sejumlah pejabat daerah.
“Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam secara konsisten melaksanakan operasi pasar. Selain itu, menjelang Natal dan Tahun Baru, kami juga menggelar pasar murah melalui Bagian Perekonomian Setdako Batam,” ujar Firmansyah yang juga menjabat sebagai Ketua Harian Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Batam.
Langkah ini diambil menyusul data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat inflasi Kota Batam secara tahunan (year on year/y-on-y) mencapai 3,19 persen. Kenaikan ini dipicu oleh lonjakan harga pada sepuluh kelompok pengeluaran, dengan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mencatat kenaikan tertinggi sebesar 16,51 persen. Sementara itu, kelompok transportasi justru mengalami deflasi sebesar 0,99 persen.
Komoditas utama penyumbang inflasi y-on-y antara lain emas perhiasan, cabai merah, sewa rumah, minyak goreng, dan telur ayam ras. Sedangkan komoditas yang menekan inflasi atau menyumbang deflasi mencakup angkutan udara, bawang merah, bawang putih, serta beberapa jenis ikan.
“Semoga program pemerintah ini mampu menjaga daya beli dan ketahanan ekonomi warga Batam,” harap Firmansyah, menegaskan komitmen Pemko Batam dalam menjaga kestabilan harga dan kesejahteraan masyarakat.
Secara nasional, inflasi bulan ke bulan (month to month/m-to-m) pada Oktober 2025 tercatat sebesar 0,28 persen. Inflasi tahunan mencapai 2,10 persen, sementara inflasi tahun kalender berada di angka 2,84 persen. Kepala BPS RI, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa lonjakan harga emas menjadi salah satu pemicu utama inflasi nasional. “Harga emas meningkat 52,76 persen karena tingginya minat masyarakat terhadap emas sebagai instrumen investasi,” ungkapnya.
Ia menambahkan, inflasi nonmakanan pada Oktober naik 0,28 persen, dengan emas perhiasan menyumbang 0,21 persen. “Tanpa kontribusi emas, inflasi hanya sebesar 0,07 persen,” jelas Amalia.
Rakor yang dipimpin oleh Wakil Menteri Dalam Negeri, Akhmad Wiyagus, turut dihadiri oleh Kepala BPKAD Batam Abdul Malik serta sejumlah perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Forum ini menjadi wadah strategis untuk menyelaraskan langkah-langkah pengendalian inflasi di tingkat daerah dengan kebijakan nasional.
Dengan berbagai langkah konkret yang dilakukan, Pemko Batam menunjukkan keseriusannya dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah. Operasi pasar dan pasar murah bukan hanya menjadi solusi jangka pendek, tetapi juga bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat di tengah dinamika harga yang fluktuatif.











Komentar