Time Sorot Pilpres 2024 Sebagai Trend Penurunan Demokrasi di Indonesia: Sarana Dinasti Mirip Orde Baru

Dailykepri.com | Jakarta – Pilpres 2024 mendapat sorotan media asing apalagi setelah Gibran menjadi Calon Wakil Presiden menemani Prabowo dan Kaesang yang menjadi Ketua PSI.

Time menuliskan artikel khusus dengan judul “What It Means for Indonesia’s Democracy That the President’s Son Now Leads Another Party”.

Bahwa diangkatnya Kaesang menjadi ketua PSI setelah beberapa hari bergabung bisa dipandang sebagai sarana “dinasti” dalam politik Jokowi jelang 2024.

“Secara keseluruhan, menurut para ahli, hal ini mencerminkan tren penurunan demokrasi yang lebih luas di Indonesia,” tulis majalah Times, media yang berbasis di New York.

Foto Capres Cawapres Anies, Prabowo, Ganjar

“Kenaikan pesat tokoh politik baru ini, di PSI, sebuah partai kecil yang tidak terwakili di parlemen, dianggap oleh para pengamat sebagai langkah signifikan Presiden yang akan keluar untuk mengkonsolidasikan pengaruh politiknya menjelang pemilihan presiden berikutnya di negara itu pada bulan Februari. Di tengah ketegangan di dalam partainya sendiri,” tambah media itu lagi.

Beberapa pengamat pun dimasukkan dalam artikel. Beberapa mengamini hal tersebut.

“Ini adalah sinyal paling jelas hingga saat ini… benar-benar ingin tetap relevan secara politik setelah tahun 2024,” komentar asisten profesor administrasi publik di Universitas Indonesia (UI), Wiens Juwono.

“Bagi mereka yang melihat PSI sebagai partai progresif, (penunjukan Kaesang sebagai ketua) benar-benar menunjukkan fakta bahwa PSI bukanlah partai yang progresif … Ini adalah jenis politik kesepakatan yang sama di mana mereka dapat melihat peluang untuk memanfaatkan popularitas Kaesang,” muat media itu lagi mengutip komentar dosen senior yang berspesialisasi dalam politik Indonesia di Universitas Murdoch Australia Ian Wilson.

Jangan Lewatkan:

Anies Baswedan: Perjalanan Kita Tidak Potong Kompas Apalagi Potong Konstitusi

Gerakan Anak Muda Satu Nusa Satu Suara Deklarasi Dukungan Pasangan Anies-Muhaimin

“Saya tidak akan ragu untuk menyebut hal ini sebagai Orde Baru … Karena struktur kekuasaannya hampir sama, kecuali militer,” tulis media itu lagi mengutip narasumber lain peneliti tamu program Studi Indonesia di ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura, Made Supriatna.

Sayangnya dalam pemberitaan tersebut, Time tidak memasukkan komentar langsung dari Kaesang atau Jokowi. (Red)

Komentar