Sawahlunto Jadi Episentrum Heritage Dunia, Walikota Desak Pemerintah Pusat Percepat Badan Pengelola WTBOS

Sumbar2738 Dilihat

Dailykepri.com | Sawahlunto — Kota kecil di Sumatera Barat mendadak jadi sorotan internasional. Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon bersama Walikota Sawahlunto Riyanda Putra resmi membuka Simposium Internasional We Are Site Manager di Hotel Saka Ombilin, Minggu (24/8/25).

Ajang prestisius ini mempertemukan delegasi dari 15 negara pengelola kawasan kota tua dan situs warisan dunia. Tak main-main, forum tersebut dinilai strategis karena Sawahlunto sendiri telah diakui UNESCO melalui Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS).

Di hadapan delegasi internasional, Riyanda Putra tak sekadar menyambut tamu. Ia sekaligus mengirim sinyal keras kepada pemerintah pusat, “Sawahlunto butuh percepatan pembentukan badan pengelola WTBOS”.

“Momentum ini harus melahirkan langkah konkret. Tanpa badan pengelola yang kuat, lintas sektor, dan punya kewenangan jelas, Sawahlunto hanya akan jadi penonton dalam pengelolaan warisan dunia yang dimiliki,” tegas Riyanda.

Ia menambahkan, badan tersebut harus menjadi motor koordinasi, bukan sekadar stempel birokrasi. “Warisan dunia bukan hanya soal menjaga bangunan tua, tetapi juga soal bagaimana memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Itu hanya bisa dicapai kalau ada manajemen profesional yang didukung penuh pemerintah pusat,” ujarnya.

Pesan Riyanda tersebut jelas bukan basa-basi. Ia tahu betul, status UNESCO tanpa pengelolaan yang serius bisa jadi beban, bukan anugerah. Oleh karena itu, desakannya agar pemerintah pusat turun tangan lebih cepat terasa seperti “tamparan halus” di forum internasional itu.

Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, merespons tegas. Ia mengakui bahwa pengelolaan heritage dunia tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah daerah.

“Simposium ini bukti bahwa Indonesia punya peran aktif dalam komunitas internasional pelestarian heritage. Pemerintah pusat tidak akan membiarkan Sawahlunto berjalan sendiri. Kami berkomitmen mendampingi daerah agar warisan dunia ini bukan hanya lestari, tetapi juga memberi manfaat ekonomi dan sosial nyata,” tegas Fadli.

Dengan kehadiran delegasi 15 negara, Sawahlunto kini bukan lagi sekadar kota tambang tua. Kota ini menjadi episentrum diskusi global soal masa depan heritage.

Namun, apakah momentum ini akan diikuti langkah konkret dari pusat? Ataukah hanya akan berhenti pada seremoni dan pidato manis? Pertanyaan itu kini menggantung dan publik menunggu jawabannya. (Ris1)

Komentar