Oleh : Riswan Idris
Sawahlunto, — UMKM kerap disebut sebagai tulang punggung ekonomi nasional. Namun di balik semangat itu, ada realita getir yang jarang diangkat: banyak pelaku UMKM hidup dalam jeratan pinjaman online (pinjol) dan rentenir. Bukan karena mereka bodoh atau malas belajar, tapi karena sistem sering kali terlalu tinggi untuk mereka gapai.
Mereka butuh modal cepat. Bank terlalu berbelit. Akhirnya, yang datang justru pinjaman tanpa jaminan—yang berbunga mencekik dan menyamar dalam kemasan digital. Dan hari ini, kita saksikan ratusan UMKM terjerembab di dalamnya, tak mampu bangkit, tak tahu harus kemana.
Pinjol dan Rentenir Itu Nyata, Menggerogoti dari Dalam
Banyak pemerintah daerah terjebak pada pendekatan kosmetik: membagikan bantuan sekali pakai, mengadakan pelatihan seremonial, lalu foto bersama. Tapi apa gunanya pelatihan digital marketing kalau esok paginya mereka diteror debt collector?
UMKM bukan butuh seminar, mereka butuh akses permodalan sehat. Mereka bukan objek proyek, mereka subjek yang sedang bertahan hidup. Saat mereka kelelahan mencari keadilan finansial, pinjol dan rentenir justru menyediakan solusi semu yang cepat—dan mematikan.
Solusinya Bukan Menghapus Utang, Tapi Menghadirkan Pilihan yang Adil
Langkah awal yang nyata adalah mendata dan mengakui bahwa masalah ini ada. Bukan disembunyikan di balik laporan kinerja. Setelah itu, perlu skema restrukturisasi utang mikro — mengalihkan beban ke koperasi legal atau lembaga keuangan yang beretika.
UMKM juga perlu didampingi, bukan dihakimi. Literasi keuangan harus menjadi agenda tetap. Begitu pula kebijakan perbankan harus disesuaikan. Jangan jadikan mereka petani kecil yang diminta menanam padi di tanah bebatuan.
Kita Butuh Negara yang Hadir — Bukan Sekedar Melihat
Ini saatnya negara dan pemerintah daerah berpihak secara konkret, bukan hanya tampil dalam poster program. Tindak tegas pinjol ilegal. Dorong bank daerah untuk hadir di lapak-lapak kecil. Dan bantu UMKM mengakses pasar yang adil dan luas, agar mereka tidak terus terjebak dalam lingkaran utang demi bertahan hidup.
Karena pada akhirnya, menyelamatkan UMKM dari jeratan pinjol bukan hanya soal ekonomi. Ini soal keadilan. Soal keberpihakan. Dan soal siapa yang benar-benar berdiri di belakang para pejuang ekonomi akar rumput ini — saat mereka tidak punya siapa-siapa lagi.
UMKM tak butuh simpati. Mereka butuh keberpihakan nyata. Sekarang.
Dulu Sawahlunto pernah punya program melawan rentenir mengangkat UMKM dengan dukungan lembaga keuangan perbankan dan UPTD Dana Bergulir, sehingga Sawahlunto berhasil menekan angka kemiskinan terendah se Indonesia tiga tahun berturut – turut, tapi sekarang sepertinya sudah kehilangan semangat dan rohnya.
Sawahlunto, 17 Juni 2025.
Riswan Idris adalah Korwil Dailykepri.Com untuk Sawahlunto & Sijunjung
Komentar