Dailykepri.com | Batam – Beberapa hari lalu kita dibuat terperangah menyaksikan banyaknya peserta dan pendaftar dalam kegiatan Job Fair Batam 2022. Kegiatan yang diikuti oleh 32 perusahaan dengan lowongan kerja sebanyak 1. 821 lowongan.
Sejak hari pertama kegiatan nampak antusias para pencari kerja sehingga puncaknya pada hari kedua, diperkirakan pencari kerja yang datang mencapai angka 12.000 orang lebih. Sementara kegiatan ini berlangsung selama tiga hari yakni sejak tanggal 7 sampai dengan 9 Nopember 2022.
Karena jumlah peserta yang begitu banyak, sementara luas area SP Plaza Sagulung atau tempat kegiatan hanya seukuran 50 m x 100 meter, ini mengakibatkan terjadinya desak desakan sesama pencari kerja dan mengakibatkan banyaknya peserta yang jatuh pingsan.
Hal ini tidaklah mengherankan, kita dapat melihat banyaknya peserta yang datang untuk mengajukan lamaran kerja ini, walaupun jumlah pelamar yang datang sangat tidak sebanding dengan lowongan yang tersedia.
Itu belum seberapa jika kita bandingkan dengan banyaknya pencari kerja yang tercatat di dinas tenaga kerja kota Batam hingga September 2022 ini, tercatat ada sebanyak 22. 357 orang pencari kerja. Sementara dalam job fair tersebut hanya bisa menyerap sebanyak 1. 821 tenaga kerja. Itupun jika memenuhi kriteria sesuai persyaratan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dilamar.
Menjadi pertanyaan bagi kita semua. Lalu sisa yang tidak terserap mau kemana?
Seharusnya inilah yang menjadi perhatian utama para pemangku kebijakan di negeri ini terutama Batam. Dengan jumlah pencari kerja yang sedemikian banyak dan kebutuhan tenaga yang sedemikian sempit. Panitia tidak bisa mengatakan kalau kegiatan mereka berhasil dengan baik. Karena dari belasan ribu peserta hanya yang diterima kurang dari dua ribu.
Kenapa kita tidak mempertanyakan kebijakan apa yang salah, kenapa mereka mayoritas malah menjadi pencari kerja yang notabene harus bergantung kepada kebutuhan perusahaan. Ada berapa banyak lagi perusahaan yang bisa menampung mereka?
Sudah saatnya kia mengubah imej para pencari kerja sehingga mereka bisa berubah dan tidak lagi bergantung kepada penyedia kerja. Yakni beriwarausaha.
Sekarang apa yang mereka butuhkan untuk bisa berwirausaha. Yang pastinya bukanlah perusahaan dengan job fairnya. Tetapi yang mereka butuhkan adalah kemampuan atau skill.
Kita berharap kedepannya agar pemerintah melalui dinas tenaga kerja dengan memberdayakan balai latihan kerjanya dapat memfasilitasi para pencari kerja yang sudah tercatat dalam catatan mereka itu diberi semacam pelatihan yang bisa lebih bermanfaat dibandingkan harus menunggu job fair lagi.
Mereka, para pencari kerja bukan orang pemalas, yang ini telah mereka buktikan dengan siap antri serta berdesak desakan memasukkan lamaran kerja yang hasilnya belum tentu akan mereka dapatkan, mereka itu hanyalah orang yang kurang skill jika tidak mau dikatakan tidak memiliki keterampilan.
Kenapa bukan ini yang kita laksanakan? Yakni dengan mengadakan pelatihan kerja. Dari data disnaker seharusnya mereka tahu apa keahlian para pencaker yang bisa dikembangkan dan ditingkatkan dengan memberi mereka pelatihan. Manfaatkan Balai Latihan Kerja yang ada dan beri mereka pelatihan sesuai dengan kondisi dan keadaan yang bisa dijalankan setelah mereka selesai pelatihan.
Jadi kita seharusnya malu apabila setiap ada pelaksanaan job fair pesertanya membludak. Itu bukan satu prestasi tetapi kelemahan kita dalam membina dan menyediakan keahlian untuk mereka.
Jadi mulai sekarang kita berharap agar pemerintah dapat lebih memberdayagunakan Balai Latihan Kerja kota Batam sesuai peruntukannya yakni untuk memberikan pelatihan kepada generasi muda terutama para pencari kerja yang ada di kota Batam ini. (*/ Daniel)
Komentar